Korean Pop and I
- queenshinby
- May 29, 2018
- 3 min read
Siapa, sih, yang tidak tahu K-pop? Kegilaan tentang Korea dan dunia entertain mereka masih menggemparkan dunia sampai sekarang. Bahkan dunia hiburan Korea itu juga mempengaruhi banyak remaja di Indonesia. Aku percaya sebagian besar dari kalian salah satu penggemarnya juga. Jujur saja, aku pernah mengalami masa-masa gila K-pop sepanjang masa SMP-ku bahkan lebih. Aku akan sedikit menceritakan tentang masa kegilaan itu dan bagaimana aku bisa terbebas dari mereka. Karena tidak sedikit dari kalian yang terobsesi dengan dunia entertain ini dan mungkin sangat susah melepaskan hal yang saat ini aku bilang “tidak penting”. Well, pertama kali dikenalin dunia K-pop sama kakak perempuanku itu saat duduk di bangku SD akhir. Aku yang jarang dengerin musik, tahu-tahu aja jatuh cinta sama lagu-lagu SNSD dan Super Junior. Itu sekitar tahun 2012-an dan memang keduanya sedang dalam masa booming-booming-nya. Setelah SMP, aku jadi tahu banyak tentang boyband and girlband lain dan hari-hariku benar-benar tidak bisa lepas dari mereka. Di sekolah, aku berbincang banyak tentang mereka bersama teman-temanku yang juga Kpopers. Pulang sekolah, cek twitter dan facebook untuk mencari artikel tentang mereka. News ter-up to date, tidak akan aku lewati untuk dibaca. Sebagai seorang Kpopers, tidak jauh juga dengan tontonan K-drama dan variety show. Salah satu variety show yang aku sukai itu, Running Man. Ahahaha. So, tahun-tahun itu topik hidupku sepertinya cuman tentang K-pop. Aku bahkan tidak mengikuti perkembangan berita di negara sendiri dan lebih up to date dengan berita-berita bintang Korea. Kalau bertemu dengan orang baru, apalagi sesama Kpopers saat itu, kami membuat percakapan dengan membahas K-pop. Jujur saja, mindsetku saat itu: “Aku tidak bisa hidup tanpa mencintai K-pop”. Ya, K-pop dan segala tentangnya, menjadi semangat dan hiburan tersendiri bagiku. Bagi kalian yang suka Kpop, pernah tidak terpikir oleh kalian untuk berhenti menyukai Kpop? Well, dulu, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku ingat pernah berpikir, akhir SMA masih menyukai Kpop sampai… entahlah. Lalu, suatu ketika, seseorang berkata kepadaku, “coba deh, kamu perdalam belajar Bahasa Inggris. Coba dulu aja dari dengerin musik barat.” Yap, karena salah satu metode lancar Bahasa Inggris yaitu sering-sering dengerin lagu-lagu yang menggunakan Bahasa Inggris. Selain melatih listening, juga memperbanyak kosa kata. Kira-kira begitulah katanya. Bukannya aku tidak suka lagu barat, hanya saja, aku tidak terbiasa mendengar lagu-lagu barat dan playlist musik aku isinya lagu Korea semua. BOOM! Well, akhirnya aku berusaha dengerin lagu barat. Terlintas dalam benakku menjadi Kpopers terdengar sia-sia. Mengagumi oppa-oppa ganteng yang tidak tahu bahwa kamu ada itu terdengar konyol. Perlahan-lahan, aku coba untuk melepas kegilaanku tentang K-pop dan mencoba ‘bernafas’ kembali dikehidupanku. Hampa. Ya, itu hal yang aku rasain saat benar-benar melepaskan sandang Kpopers di dalam hidupku. Kayak, aku sudah tidak punya kesukaan, kegiatan, dan ambisi terhadap sesuatu di dalam diriku. Kalau kalian bilang alay, itu, wajar aja. Tapi bagiku, menghentikan aktivitas seperti mencari berita tentang K-idol, menonton MV, mendengarkan K-pop, dan tentang mereka yang tidak ada habis-habisnya, itu wajar aja. Aku sempat galau, gara-gara ini, lho. Hahahaha. Sampai sekarang, aku tidak membenci hal tentang K-pop dan masih mau mendengarkan celetukan teman-temanku tentang mereka. Aku juga tidak pernah melarang mereka untuk berhenti menyukai K-pop. Well, let’s say… dunia K-pop hanyalah teman lamaku. Just for the closing, aku tidak menyesal pernah berkecimpung menjadi Kpopers, mereka pernah memberikan semangat di dalam hidupku. Bahkan salah satu hobiku yaitu dance, aku dapat dari mereka dan tentu saja orang-orang yang mendukungku. Pernah belajar sedikit Bahasa Korea gara-gara oppa-oppa ganteng. Hahaha. Mindset saat aku melihat K-idol yang menari sana-sini dan bernyanyi dengan sangat merdu, bagiku, mereka orang-orang hebat dan sudah mencapai goal di dalam hidup mereka. Lalu, apa mimpiku? Well, this is my story also opinion. Mungkin bukan sebuah hal besar untuk diceritakan dan aku tahu tidak mudah mengubah mindset seseorang. Hanya saja, aku ingin cerita ini dapat menginspirasi kalian yang lupa ‘bernafas’ seperti aku dulu. If you have any suggestion or something, just write down on the comment section. Thank you to the sun and back, Shinby
Commenti